Judul buku : Jadi
Penulis Produktif? Gampang Koq!
Penulis :
Ari Kinoysan
Penerbit : ANDI
Tahun Terbit : 2013
Menulis untuk Hidup*
Dalam buku“Menulis itu Segampang
Ngomong”, Lasa Hs (pustakawan sekaligus penulis dari Yogyakarta) berpendapat
bahwa menulis itu sama mudahnya dengan berbicara. Sebelumnya, Arswendo
Atmowiloto dalam bukunya “Mengarang itu Gampang” telah mengemukakan hal senada
yangintinya menulis itu tidak sulit. Seperti naik sepeda atau berenang, sekali
menguasai bisa seterusnya, tak akan lupa atau menjadi tidak bisa. Ari Kinoysan,
melalui buku ini menyatakan pandangan yang sama.
Diawali
dengan pembahasan tentang kondisi penerbitan dan penulisan di Indonesia, buku
ini menyajikan beragam konsekuensi yang akan dialami saat seseorang memutuskan
menjadi penulis. Mulai dari penghasilan tidak menentu, jadwal padat disaat
orang lain sedang liburan, sampai disebut pengangguran. Hal ini karena
pemikiran mainstream masyarakat kita, bahwa bekerja umumnya diartikan pergi
pagi pulang sore atau malam dan menetap di satu institusi tertentu (hlm.45).
Menjadi
penulis juga berarti harus memiliki manajemen waktu yang baik, karena penulis
tidak punya jam kerja tetap selayaknya pekerja kantoran. Masing-masing penulis
memiliki jam kerja sendiri-sendiri sesuai keperluannya. Ada penulis yang
bekerja sehari cukup satu jam, tapi tidak jarang ada yang harus bekerja selama
dua puluh empat jam sehari. Oleh karena ritme pekerjaan tidak menentu, penulis
harus dapat mengatur waktu kapan untuk menulis, kapan bersosialisasi, kapan
istirahat, kapan berolahraga dan menjalankan aktivitas lainnya. Manajemen waktu
menjadi hal sangat penting dalam kehidupan penulis agar tetap dapat berkarya.Penulis
yang tidak memiliki manajemen waktu dengan baik akan rentan terkena penyakitmeski
usianya masih muda.
Agar
penghasilan dari menulis dapat untuk “hidup”, menurut Ari, penulis harus
produktif menulis. Artinya, penulis tersebut harus terus-menerus menulis buku,
menerbitkannya dan buku tersebut diperlukan pembacanya (bukunya laku di
pasaran).
Dari segi kualitatif,
pengertian produktif pun bermacam-macam. Ada penulis yang sangat produktif
sehingga dalam satu tahun dapat menerbitkan hampir 150 judul buku. Penulis lain
mungkin hanya menerbitkan satu buku dalam satu tahun, akan tetapi dicetak ulang
terus karena laris dan dibutuhkan banyak orang. Produktif bagi penulis buku ini
berarti setiap tahun dapat menerbitkan kurang lebih 10 sampai 12 buku non
fiksi, baik solo maupun duet (berkolaborasi dengan penulis lain) dan hanya
menerbitkan satu novel setiap tahunnya.
Sesuai
judulnya, buku ini menyajikan beragam cara menjadi penulis produktif. Pertama,
memiliki bank ide penulisan yang banyak dan luas. Kedua, harus punya jaringan
dan hubungan yang solid dengan penerbit dan pihak-pihak yang terkait dengan industri
buku. Selanjutnya sebagaimana diuraikan diatas, penulis harus memiliki
manajemen waktu agar dapat menepati janji dan deadline naskah. Penulis juga
harus dapat menjaga kesehatan dengan mengatur pola makan, istirahat dan
lain-lain.
Seorang
penulis produktif sebaiknya memiliki partner yang dapat diandalkan dalam
menulis. Partner tersebut dapat berupa team work yang solid ataupun asisten
pribadi. Terkadang order menulis datang bertubi-tubi sehingga penulis harus
bekerja lebih keras dari biasanya. Keberadaan partner akan membantu penulis
mengerjakan proyek sesuai standar dan waktu yang telah ditentukan. Atau saat
kondisi yang tidak biasa seperti sakit misalnya, keberadaan partner sangat
membantu penyelesian pekerjaan tepat pada waktunya.
Penulis
produktif juga dituntut untuk mempromosikan buku yang ditulisnya. Buku yang
rajin dipromosikan pasti lebih mudah diingat pembaca dan pada gilirannya akan
dicari dan dibeli. Bila tingkat pembelian meningkat, oplah juga meningkat. Buku
akan terus dicetak ulang. Secara tidak langsung, hal ini akan meningkatkan
eksistensi seorang penulis.
Selain
memiliki kepribadian yang baik seperti ramah, jujur, sopan, sederhana, rapi dan
lain sebagainya, penulis produktif juga harus memiliki pikiran terbuka dalam menerima
masukan dari berbagai pihak. Baik dari pembaca, penerbit, distributor dan semua
partner di lingkungan penerbitan buku.
Membaca
buku ini, selain memperoleh banyak wawasan tentang kondisi penerbitan dan
perbukuan, sekaligus menambah kepercayaan bahwa menulis dapat menjadi pekerjaan
yang dapat untuk “hidup”. Hidup bagaimana yang
kita inginkan? Hidup seadanya atau kaya raya,
semua tergantung seberapa besar produktivitas kita dalam menulis!
*Prieharti, 10 September 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar