Kamis, 10 September 2015

Resensi



Judul buku       : Jadi Penulis Produktif? Gampang Koq!
Penulis             : Ari Kinoysan
Penerbit           : ANDI
Tahun Terbit     : 2013
Menulis  untuk Hidup*
            Dalam buku“Menulis itu Segampang Ngomong”, Lasa Hs (pustakawan sekaligus penulis dari Yogyakarta) berpendapat bahwa menulis itu sama mudahnya dengan berbicara. Sebelumnya, Arswendo Atmowiloto dalam bukunya “Mengarang itu Gampang” telah mengemukakan hal senada yangintinya menulis itu tidak sulit. Seperti naik sepeda atau berenang, sekali menguasai bisa seterusnya, tak akan lupa atau menjadi tidak bisa. Ari Kinoysan, melalui buku ini menyatakan pandangan  yang sama.
            Diawali dengan pembahasan tentang kondisi penerbitan dan penulisan di Indonesia, buku ini menyajikan beragam konsekuensi yang akan dialami saat seseorang memutuskan menjadi penulis. Mulai dari penghasilan tidak menentu, jadwal padat disaat orang lain sedang liburan, sampai disebut pengangguran. Hal ini karena pemikiran mainstream masyarakat kita, bahwa bekerja umumnya diartikan pergi pagi pulang sore atau malam dan menetap di satu institusi tertentu (hlm.45).
            Menjadi penulis juga berarti harus memiliki manajemen waktu yang baik, karena penulis tidak punya jam kerja tetap selayaknya pekerja kantoran. Masing-masing penulis memiliki jam kerja sendiri-sendiri sesuai keperluannya. Ada penulis yang bekerja sehari cukup satu jam, tapi tidak jarang ada yang harus bekerja selama dua puluh empat jam sehari. Oleh karena ritme pekerjaan tidak menentu, penulis harus dapat mengatur waktu kapan untuk menulis, kapan bersosialisasi, kapan istirahat, kapan berolahraga dan menjalankan aktivitas lainnya. Manajemen waktu menjadi hal sangat penting dalam kehidupan penulis agar tetap dapat berkarya.Penulis yang tidak memiliki manajemen waktu dengan baik akan rentan terkena penyakitmeski usianya masih muda.
            Agar penghasilan dari menulis dapat untuk “hidup”, menurut Ari, penulis harus produktif menulis. Artinya, penulis tersebut harus terus-menerus menulis buku, menerbitkannya dan buku tersebut diperlukan pembacanya (bukunya laku di pasaran).
Dari segi kualitatif, pengertian produktif pun bermacam-macam. Ada penulis yang sangat produktif sehingga dalam satu tahun dapat menerbitkan hampir 150 judul buku. Penulis lain mungkin hanya menerbitkan satu buku dalam satu tahun, akan tetapi dicetak ulang terus karena laris dan dibutuhkan banyak orang. Produktif bagi penulis buku ini berarti setiap tahun dapat menerbitkan kurang lebih 10 sampai 12 buku non fiksi, baik solo maupun duet (berkolaborasi dengan penulis lain) dan hanya menerbitkan satu novel setiap tahunnya.
            Sesuai judulnya, buku ini menyajikan beragam cara menjadi penulis produktif. Pertama, memiliki bank ide penulisan yang banyak dan luas. Kedua, harus punya jaringan dan hubungan yang solid dengan penerbit dan pihak-pihak yang terkait dengan industri buku. Selanjutnya sebagaimana diuraikan diatas, penulis harus memiliki manajemen waktu agar dapat menepati janji dan deadline naskah. Penulis juga harus dapat menjaga kesehatan dengan mengatur pola makan, istirahat dan lain-lain.
            Seorang penulis produktif sebaiknya memiliki partner yang dapat diandalkan dalam menulis. Partner tersebut dapat berupa team work yang solid ataupun asisten pribadi. Terkadang order menulis datang bertubi-tubi sehingga penulis harus bekerja lebih keras dari biasanya. Keberadaan partner akan membantu penulis mengerjakan proyek sesuai standar dan waktu yang telah ditentukan. Atau saat kondisi yang tidak biasa seperti sakit misalnya, keberadaan partner sangat membantu penyelesian pekerjaan tepat pada waktunya.
            Penulis produktif juga dituntut untuk mempromosikan buku yang ditulisnya. Buku yang rajin dipromosikan pasti lebih mudah diingat pembaca dan pada gilirannya akan dicari dan dibeli. Bila tingkat pembelian meningkat, oplah juga meningkat. Buku akan terus dicetak ulang. Secara tidak langsung, hal ini akan meningkatkan eksistensi seorang penulis.
            Selain memiliki kepribadian yang baik seperti ramah, jujur, sopan, sederhana, rapi dan lain sebagainya, penulis produktif juga harus memiliki pikiran terbuka dalam menerima masukan dari berbagai pihak. Baik dari pembaca, penerbit, distributor dan semua partner di lingkungan penerbitan buku.
            Membaca buku ini, selain memperoleh banyak wawasan tentang kondisi penerbitan dan perbukuan, sekaligus menambah kepercayaan bahwa menulis dapat menjadi pekerjaan yang dapat untuk “hidup”. Hidup bagaimana yang  kita inginkan? Hidup seadanya atau kaya raya, semua tergantung seberapa besar produktivitas kita dalam menulis!
*Prieharti, 10 September 2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar